Setelah didiagnosis menderita diabetes setengah tahun lalu, Hambali (50 tahun) merasa gelisah karena kadar gula darahnya meningkat hingga 300 mg/dl. Apalagi sepertinya komplikasi juga sudah terjadi pada pembuluh darah kaki. Kedua belah kakinya selalu terasa sakit, meski ia masih dapat berjalan. Dokter yang memeriksa juga mengisyaratkan telah terjadi gangguan di matanya. Kondisi ini tentu saja membuatnya panik. Berbagai informasi tentang diabetes melitus (DM) serta merta lebih menarik perhatiannya dibanding ingar-bingar berita kriminal maupun politik. Informasi dari buku, rubrik konsultasi kesehatan, maupun cerita dari teman dijadikan referensi, dengan harapan penyakit diabetesnya berangsur baik, syukur-syukur sembuh. Hambali lalu rajin berkonsultasi dengan dokter. Semangat untuk mendapatkan kembali kualitas kehidupan yang lebih baik memang membuat pegawai salah satu instansi pemerintah ini tak pernah putus asa.
Terus Meningkat
DM atau lebih dikenal sebagai kencing manis adalah keadaan berlebihnya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal dalam tubuh.
Menurut Dr. Aris Wibudi, Sp.PD., pemicu DM adalah kurang aktifnya produksi hormon insulin dari sel kelenjar Langerhans pada organ pankreas.
Macetnya produksi ini bisa karena menyusutnya jumlah sel penghasil hormon insulin sejak seseorang dilahirkan (bawaan atau keturunan). Bisa juga karena serangan virus atau penyakit degeneratif.
Namun, menurut ahli penyakit dalam dari RSPAD Gatot Subroto Jakarta tersebut, ada juga orang yang mengidap DM meski insulinnya cukup. Ini karena reaksi tubuh terhadap kehadiran insulin kurang efisien, sehingga tubuh tidak mampu mengoksidasi glukosa menjadi energi. Keadaan ini biasanya menyerang orang setengah baya ke atas, karena faktor degenerasi, kurang olahraga, dan kegemukan.
Sejak insulin ditemukan pada 1921 oleh Frederick Banting dkk. dari Kanada, angka kematian, keguguran pada ibu penderita diabetes, serta komplikasi akibat penyakit ini memang menurun. Menyusul kemudian tahun 1954 Franke dan Fuchs menemukan tablet OHO (obat hipoglikemik oral) untuk menanggulangi diabetes.
Menurut laporan terakhir WHO, di dunia kini terdapat sekitar 120 juta penderita DM dan diperkirakan akan naik menjadi 250 juta pada tahun 2025. Kenaikan ini antara lain karena usia harapan hidup semakin meningkat, diet kurang sehat, kegemukan, serta gaya hidup modern.
Di Indonesia sendiri jumlah penderita DM sudah mencapai lebih dari 2,5 juta orang. Bagi mereka yang berpotensi terserang, para ahli sudah merumuskan serangkaian kiat untuk menghindari serangan penyakit itu, bagaimana hidup bersama DM bila sudah terserang, hingga upaya apa yang harus dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi yang akan mengakibatkan penderita DM mengalami beberapa gangguan fisik.
Meski ada banyak kiat yang bisa diupayakan, Dr. Aris mengingatkan bahwa faktor emosi mempunyai peranan penting, baik sebagai pencetus maupun yang menentukan perjalanan penyakit dan kontrol terhadap penyakit itu sendiri. "Dari ruang praktik maupun hasil kesimpulan penelitian di seluruh dunia, terungkap bahwa faktor emosi sangat menentukan dalam proses pengendalian diabetes. Terlebih diabetes memang penyakit seumur hidup, sehingga perlu kesiapan mental untuk mencapai kehidupan yang lebih baik," katanya.
Ditambahkan, bahkan 80 persen keberhasilan proses pengendalian diabetes tergantung pada penderita sendiri.
Tiga Pengaruh
Beberapa peneliti memang pernah mencoba menguraikan hubungan antara faktor emosi dengan perjalanan penyakit DM. Mereka menemukan setidaknya ada tiga faktor yang dapat menjelaskan hubungan tersebut:
1. Pengaruh langsung
Kesedihan yang terus menerus seperti trauma emosional, kecelakaan, atau kehilangan dapat menimbulkan DM. Konflik emosional yang tidak disadari dan keadaan ketakutan yang terus menerus juga dapat melatarbelakangi timbulnya DM melalui jalur neuro-endokrin. Namun, dengan berkembangnya teori genetik dan molekular, faktor emosi kemudian dianggap sebagai pencetus suatu keadaan genetik yang sudah ada sejak lahir yang berpotensi untuk menjadi diabetes.
2. Pengaruh tidak langsung
Pengaruh emosi dianggap penting karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan pengobatan. Penderita yang dipengaruhi oleh emosinya dengan sengaja tidak mematuhi aturan diet, pengobatan, dan pemeriksaan, akan sukar mengontrol kadar gula darahnya.
3. Pengertian penyakit bagi tiap penderita
Bagaimana diabetesi memandang dan bereaksi terhadap penyakitnya akan sangat mempengaruhi kemauannya untuk sembuh dan rajin tidaknya dalam berobat. Dr. Aris mengakui, sebagai penyakit seumur hidup, secara manusiawi akan memberikan dampak psikologis bagi penderitanya. Karena itu, diabetesi mesti konsisten menjalani serangkaian program pengendalian diabetes dengan sabar dan yakin semuanya untuk kehidupan yang lebih baik.
Perlu Kebesaran Hati
Untuk menjaga kondisi kejiwaan dan emosi, para diabetesi bisa mencermati beberapa upaya berikut ini:
- Kuat tidaknya faktor emosi/stres dapat mempengaruhi perjalanan penyakit kencing manis tergantung dari kepribadian penderita sendiri.
- Diabetesi harus rajin mencari tahu tentang penyakitnya, sehingga tidak terjerumus dalam pengetahuan yang salah. Mereka yang minim informasi dan edukasi akan cepat emosional dan dramatis dalam menerima kenyataan. Akibatnya, mereka cenderung mengalami kesulitan untuk menerima penyakitnya dan menyesuaikan hidupnya dengan peraturan-peraturan yang telah digariskan dalam pedoman terapi DM.
- Perlu kebesaran hati yang tinggi bahwa seorang penderita DM tidak dapat hidup "normal" selayaknya orang yang tidak menderita penyakit ini. Hanya saja, usaha terus-menerus untuk mengendalikan diabetes jauh lebih bermanfaat karena memberikan harapan positif.
- Mintalah bantuan serta dorongan moral dari keluarga dan lingkungan.
- Manfaatkan berbagai informasi tentang diabetes yang Anda dengar dan lihat baik dari koran, majalah, TV, atau radio untuk menambah pengetahuan.
- Informasi seputar diabetes lebih banyak mengenai kesulitan-kesulitannya. Namun, Anda harus yakin bahwa usaha pengendalian yang terus-menerus jauh lebih memberi harapan positif, daripada mengeluh, apalagi putus asa.
- Setelah mengetahui hubungan erat antara faktor emosi dan penyakit kencing manis, satu hal yang perlu disadari bersama adalah keharusan mendapat informasi yang tepat dan dukungan emosional yang sesuai dari dokter, tenaga medis, keluarga, dan lingkungan. Tujuannya, agar penderita dapat menerima keberadaan penyakitnya dan hidup bersama penyakitnya.
Karena itu, hadapi DM bukan sebagai penyakit, tetapi marilah kita berdamai atau bersahabat dengannya.
Disfungsi Ereksi Komplikasi Tertinggi
Komplikasi tertinggi pada kasus DM adalah penurunan kemampuan seksual. Dr. Aris Wibudi, Sp.PD, mengungkapkan bahwa berdasarkan keluhan pasien yang ia tangani, komplikasi disfungsi ereksi mencapai 50 persen lebih.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pada pembuluh darah maupun persarafan serta perubahan pada otot polos penis. Faktor psikis juga dapat menjadi penyebab DE pada 10-27 persen kasus DM.
Pada tahap pertama, diebetesi perlu berkonsultasi untuk identifikasi ada tidaknya DE atau proses diagnostik, yaitu anamnesis (tanya jawab) mengenai masalah medis, seksual, dan psikososial. Beberapa hal yang harus dilakukan ialah:
- Pemeriksaan fisik dan laboratorium. Proses ini akan menghasilkan konfirmasi diagnostik dan mengetahui penyebab maupun faktor risiko DE. Penting diketahui apakah selama ini diabetesnya terkontrol atau tidak.
- Berdiskusi untuk menambah pengetahuan, sehingga dapat membantu proses penyembuhan secara menyeluruh. Diabetesi berhak mendapatkan informasi mengenai pilihan terapi yang ada, juga kemungkinan penyembuhannya, sehingga sejak awal sudah mengetahui tahapan pengelolaan yang harus dilalui.
- Berusaha mengubah atau menghilangkan faktor penyebab. Misalnya dengan mengganti atau menghentikan obat-obatan yang dapat memperburuk fungsi ereksi, suplementasi hormon, maupun terapi pembedahan serta mengontrol gula darah.
- Sering didapati adanya faktor risiko lain yang berhubungan dengan diabetes dan disfungsi ereksi, seperti aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) dan hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi). Juga ditemukan pengaruh faktor psikis pada diabetesi, yang berpengaruh terhadap kemampuan ereksi.
- Bila usaha untuk mengubah faktor penyebab tidak berhasil, diabetesi akan mendapatkan terapi yang terdiri atas beberapa lini setelah dikonsultasikan dan di bawah pengawasan dokter ahli.
- Terapi lini pertama (obat oral, pompa vakum, dan terapi psikoseksual) merupakan tawaran awal. Bila gagal, baru ditawarkan terapi lini kedua (injeksi intrakavernosum dan aplikasi intrauretral)dan ketiga (implantasi prostesis penis). Biasanya kriteria untuk menetapkan lini terapi yang lebih awal adalah kemudahan, reversibilitas, terapi yang tidak invasif, dan keterjangkauan biaya.
- Anda yang belum memiliki gangguan seksual maupun diabetes sudah seharusnya mulai menerapkan gaya hidup sehat. Mulailah dengan memeriksakan darah guna mewaspadai naiknya kadar glukosa, terutama bila berat tubuh berlebihan, telah melewati usia 40 tahun, atau menunjukkan gejala penyakit ini.
Menyantap makanan rendah lemak dan kaya serat sangat dianjurkan. Sekurangnya Anda diajukan menyantap lima porsi buah-buahan dan sayuran dalam sehari serta menghindari konsumsi gula dan garam.